AFSUS SALAAM (Menyebarluaskan Salaam)
Kamis, 30 Mei 2013
0
komentar
Dalil-Dalil
Tentang Salam
Kata salam dalam Bahasa Arab mempunyai arti keselamatan,
kesejahteraan atau kedamaian. Makna salam adalah do'a seorang Muslim kepada
saudaranya seiman. Kata "Assalaamu‘alaikum warahmatullaahi
wabarakaatuh" mempunyai makna "Semoga seluruh keselamatan, rahmat dan
berkah dianugerahkan Allah kepada kalian".
1. Al Qur'an Al-Kariim
Allah SWT berfirman:
”…Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumahrumah
(ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi
salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang
diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya)
bagimu, agar kamu memahaminya”. Q.S.An-Nuur [24]:61.
Dan Allah s.w.t berfirman :
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin
dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar
kamu (selalu) ingat”. Q.S.An-Nuur [24]:27.
Syaikh Nashir As Sa’di berkata, “Firman-Nya: “Salam dari
sisi Alloh”, maksudnya Alloh telah mensyariatkan salam bagi kalian dan
menjadikannya sebagai penghormatan dan keberkahan yang terus berkembang dan
bertambah. Adapun firman-Nya: “yang diberi berkat lagi baik”, maka hal tersebut
karena salam termasuk kalimat yang baik dan dicintai Alloh. Dengan salam maka
jiwa akan menjadi baik serta dapat mendatangkan rasa cinta.” (Lihat Taisir
Karimir Rohman)
2. Hadits Rasulullah
Rasulullah bersabda:
"Demi Dia yang diriku berada di tangan-Nya! Kalian
tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman
hingga kalian saling berkasih-sayang. Maukah kalian saya tunjukkan suatu
perkara yang apabila kalian kerjakan, maka akan tumbuh rasa kasih-sayang di
antara kalian? Sebarkan salam di antara kalian!" [Sahih, HR. Muslim]
Dari Abdulloh bin Salam, Rosululloh bersabda yang artinya,
“Wahai sekalian manusia, tebarkanlah salam di antara kalian, berilah makan
sambunglah tali silaturahmi dan sholatlah ketika manusia tidur malam, niscaya
kalian akan masuk surga dengan selamat.” [Sahih. HR. Tirmidzi, Ibnu Majah,
Ahmad]
Baro’ bin Azib berkata : “Rosululloh melarang dan
memerintahkan kami dalam tujuh perkara: kami diperintah untuk mengiringi
jenazah, menjenguk orang sakit, memenuhi undangan, menolong orang yang
dizalimi, memperbagus pembagian, menjawab salam dan mendoakan orang yang
bersin…” [Sahih, HR. Bukhori dan Muslim]
Ibnu Hajar Al Asqolani berkata, “Perintah menjawab salam
maksudnya yaitu menyebarkan salam di antara manusia agar mereka menghidupkan
syariatnya.” [Lihat Fathul Bari 11/23]
3. Sunnah Para Nabi dan Rasul
Abu Hurairah RA mengatakan bahwa Rasulullah bersabda:
"Ketika Allah telah menjadikan Adam, maka Allah
memerintahkan:"Pergilah kepada para Malaikat dan ucapkan salam kepada mereka
yang tengah duduk. Dengarkanlah jawaban salam mereka, karena itu akan menjadi
ucapan salam bagi kamu dan anak cucumu kelak!" Maka pergilah Nabi Adam dan
mengucapkan:"Asalaamu ‘alaikum!" Para Malaikat
menjawab:"Assalaamu ‘alaika warahmatullaah!" Mereka menambah
warahmatullaah". [Sahih, HR. Bukhary dan Muslim]
Al Qur'an menceritakan kisah Ibrahim AS:
"(Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu
mengucapkan: "Salaaman", Ibrahim menjawab: "Salaamun"
...". Q.S. Adz Dzaariyaat [51]:25.
4. Perilaku Para Shahabat
Thufail Bin Ubay Bin Ka'ab pernah datang ke rumah Abdullah
Bin Umar; lalu keduanya pergi ke pasar. Ketika keduanya sampai di pasar,
tidaklah Abdullah Bin Umar menemui tukang rombeng, penjual toko, orang miskin
dan siapa saja melainkan mesti memberi salam kepada mereka.
Suatu hari, Thufail Bin Ubay Bin Ka'ab datang lagi ke rumah
Abdullah Bin Umar, dan diajak lagi ke pasar. Maka Thufail bertanya:"Perlu
apa kita ke pasar? Kamu sendiri bukanlah seorang pedagang dan tidak ada
kepentingan menanyakan harga barang atau menawar barang. Lebih baik bila kita
duduk bercengkerama di sini". Abdullah Bin Umar menjawab:"Hai Abu
Bathn! Sebenarnya kita pergi ke pasar hanya untuk memasyarakatkan salam. Kita
beri salam kepada siapa saja yang kita temui di sana!". [Sahih HR. Imam
Malik dalam kitab Al Muwatha']
Hukum
Salam
1. Mengucapkan Salam
Hukum mengucapkan salam adalah sunnah yang dikuatkan (sunnah
mu'akadah). Rasulullah bersabda:"Jika seseorang di antara kalian berjumpa
dengan saudaranya, maka hendaklah memberi salam kepadanya. Jika antara dia dan
saudaranya terhalang pepohonan, dinding atau bebatuan; kemudian mereka berjumpa
kembali, maka ucapkan salam kepadanya". [HR. Abu Daud]
2. Menjawab Salam
Sedangkan hukum menjawab salam adalah wajib. Sebagaimana
firman Allah SWT:
“Apabila kamu
dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang
lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah
memperhitungkan segala sesuatu.” QS.An-Nisa’ [4]:86.
3. Ucapan Salam
Ucapan salam yang lengkap adalah "Assalaamu‘alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh" yang artinya "semoga seluruh
keselamatan, rahmat dan berkah Allah dilimpahkan kepada kalian". Ucapan
salam ini sesuai dengan petunjuk Rasulullah ketika beliau tengah bersama
isterinya, ‘Aisyah RA, beliau bersabda: "Ini Jibril mengucapkan salam
kepada kamu". Maka ‘Aisyah RA menjawab: "Wa ‘alaihissalaam warahmatullaahi
wabarakaatuh" (HR. Bukhary dan Muslim).
Berdasarkan Hadits Nabi :
Imron bin Husain berkata, “Ada seorang laki-laki yang datang
kepada Nabi seraya mengucapkan Assalamu ‘alaikum. Maka nabi menjawabnya dan
orang itu kemudian duduk. Nabi berkata, “Dia mendapat sepuluh pahala.” Kemudian
datang orang yang lain mengucapkan Assalamu ‘alaikum warohmatulloh. Maka Nabi
menjawabnya dan berkata, “Dua puluh pahala baginya.” Kemudian ada yang datang
lagi seraya mengucapkan Assalamu ’alaikum warohmatullohi wa barokatuh. Nabipun
menjawabnya dan berkata, “Dia mendapat tiga puluh pahala.” [Shohih, HR. Abu
dawud, Tirmidzi dan Ahmad].
Maka berdasarkan hadits di atas, idealnya seorang Muslim
mengucapkan salam dengan lengkap, tetapi tetap diperkenankan seseorang untuk
mengucapkan salam:
a.
Assalaamu ‘alaikum
b.
Assalaamu ‘alaikum warahmatullaah, atau
c.
Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi
wabarakaatuh (lengkap)
Adab
(Etika) Salam
Ada beberapa adab yang harus diperhatikan dalam menyebarkan
salam, yaitu :
1. Urutan Salam
Sabda Rasulullah :
“Hendaknya orang yang berkendaraan memberi salam kepada yang
berjalan. Yang berjalan kepada yang duduk, yang sedikit kepada yang banyak.”
[Sahih, HR. Bukhori dan Muslim].
Dalam lafazh Bukhori, “Hendaklah yang muda kepada yang lebih
tua.”
2. Mendahului Salam
Terlepas dari urutan dalam memberi salam, Rasulullah
mengajarkan untuk mendahului dalam memberi salam. Diharapkan kita tidak pasif
dalam mengucapkan salam, yaitu sekedar menanti datangnya ucapan salam dari
orang lain. Diharapkan pula kita tidak menjadi orang yang suka menuntut orang
lain untuk mengucapkan salam duluan. Rasulullah mengajarkan, justru yang
memulai salam itulah orang yang lebih mulia, sebagaimana sabdanya :
"Seutama-utama manusia bagi Allah adalah yang
mendahului salam” [HR. Abu Daud dan Tirmidzi].
Seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah : "Ya
Rasulullah, jika dua orang bertemu muka, manakah di antara keduanya yang harus terlebih
dahulu memberi salam?" Rasulullah menjawab:"Yang lebih dekat kepada
Allah (yang berhak terlebih dahulu memberi salam)" [HR. tirmidzi].
3. Menjawab dengan Setara atau Lebih
Sebagaimana dalam Surat AN-Nisaa [4] ayat 86, dalam menjawab
salam minimal setara dengan ucapan salam; dan lebih utama apabila dalam
menjawab salam dilakukan dengan lebih sempurna, Sehingga jawaban salam yang
disyari'atkan adalah:
a)
Bila ucapan salam "Assalaamu
‘alaikum" maka jawaban minimal adalah "Wa'alaikumussalaam",
jawaban lebih adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaah", dan jawaban
lengkapnya adalah "Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh".
b)
Bila ucapan salam "Assalaamu
‘alaikum warahmatullaah" maka jawaban minimal adalah
"Wa'alaikumussalaam warahmatullaah", dan jawaban lengkapnya adalah
"Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh".
c)
Bila ucapan salam "Assalaamu
‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh" maka jawaban minimal adalah
"Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh".
4. Dengan Menjabat Tangan
Selain mengucapkan salam, akhlaq yang indah (karimah) bagi
seorang Muslim ketika bertemu dengan saudaranya adalah menjabat tangannya
dengan hangat. Seseorang bertanya kepada Rasulullah : "Ya Rasulullah, jika
seseorang dari kami bertemu dengan saudaranya atau temannya apakah harus
menunduk-nunduk?" Jawab Rasulullah : "Tidak!" Tanyanya:
"Apakah harus merangkul kemudian menciumnya?" Jawab Rasulullah :
"Tidak!" Tanyanya sekali lagi: "Apakah meraih tangannya kemudian
menjabatnya?" Jawab Rasulullah : "Ya!" [Sahih, HR. Muslim].
Selain memiliki nilai kehangatan dan persahabatan
(ukhuwwah), jabatan tangan juga akan menghapus dosa di antara kedua Muslim yang
melakukannya.
Rasulullah bersabda:
"Tidaklah dua orang Muslim yang bertemu kemudian
berjabat tangan kecuali Allah akan mengampuni dosa keduanya sampai mereka
melepaskan jabatan tangannya" [HR. Abu Daud]
Yang tetap perlu diperhatikan hendaklah lelaki tidak
berjabat-tangan dengan wanita yang bukan mahromnya; demikian pula sebaliknya.
Sabda Rasulullah : Rasulullah ketika akan dijabat tangani oleh kaum wanita di
saat baiat, beliau bersabda: "Sesung-guhnya aku tidak berjabat tangan
dengan kaum wanita". [Sahih, HR.Turmudzi dan Nasai]
5. Berwajah Manis
Yang dimaksud berwajah manis adalah penampilan yang
menyenangkan serta senyum yang mengembang. Gaya seperti inilah yang diinginkan
Rasulullah ketika seorang Muslim bertemu dengan saudaranya. Sabda Rasulullah : "Jangan
kalian meremehkan sedikitpun tentang kebaikan, meskipun hanya wajah yang manis
saat bertemu dengan saudaramu" [Sahih, HR. Bukhary]
6. Tidak Memalingkan Wajah
Memalingkan wajah, apapun alasannya, sulit untuk ditafsirkan
lain kecuali sikap meremehkan atau memusuhi. Apabila seorang Muslim berjumpa
dengan saudaranya, selain salam dan jabat tangan. hendaklah ditambah dengan menatap
wajah saudaranya; tidak malah memalingkan wajah. Nilai ucapan salam dan jabatan
tangan menjadi hampa dan hilang ketika seseorang melakukannya sambil memalingkan
wajah.
Allah SWT telah mengingatkan masalah ini dengan firman-Nya :
“Dan janganlah kamu
memalingkan muka kamu dari manusia dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri”. Q.S. Luqman [31]:18.
7. Tidak Membikin Gaduh
Setiap pembicaraan yang kita lakukan hendaklah secukupnya
saja. Maksudnya, tidak dengan suara yang berlebihan, tetapi juga tidak terlalu
lemah. Minimal orang yang kita ajak berbicara mampu menangkap suara kita, itu
sudah cukup. Demikian pula dalam mengucapkan salam; secukupnya saja.
Al Miqdad RA biasa menyediakan susu bagian Rasulullah . Maka
Rasulullah datang pada waktu malam, lalu beliau memberi salam dengan perlahan
sehingga tidak membangunkan orang yang tidur, dan cukup didengar oleh mereka
yang terjaga. Dan beliau mengucapkan salam sebagaimana biasa beliau mengucapkan
salam [Sahih, HR. Muslim].
8. Tidak mengucapkan ‘Alaikassalaam
Ucapan salam yang dilarang oleh Rasulullah adalah
‘alaikassalaam, karena kata ‘alaikassalaam adalah salam untuk orang yang telah
meninggal. Abu Juray al Hujaimi datang kepada Rasulullah sambil mengucapkan:
"'Alaikassalaam, ya Rasulullah!" Maka Rasulullah berkata:"Jangan
berkata 'alaikassalaam karena ‘alaikassalaam itu merupakan salam bagi orang
mati" [HR. Abu Daud dan At Tirmidzi].
9. Salam kepada Lawan Jenis
Laki-laki diperkenankan memberi salam kepada wanita; dan
sebaliknya wanita juga diperbolehkan mengucapkan salam kepada laki-laki.
Demikianlah yang dilakukan Rasulullah ketika berjalan melalui sekumpulan
wanita. Beliau memberi salam kepada mereka (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Asma' Binti Jazid menceritakan bahwa ketika Rasulullah
berjalan di masjid mendadak melihat rombongan wanita tengah duduk, maka beliau
melambaikan tangan dengan mengucapkan salam" [HR. At Tirmidzi].
Sedangkan salam wanita kepada laki-laki digambarkan oleh
Ummu Hani' Binti Abu Thalib RA ketika datang kepada Rasulullah saat Fat-hu
Makkah (penaklukan kota Makkah). Saat itu, Rasulullah tengah mandi dan di depan
ada Fathimah. Maka Ummu Hani' memberikan salam kepada Rasulullah [Sahih, HR.
Muslim].
Tentu saja, memberikan salam kepada lawan jenis yang bukan mahrom
dilakukan dengan tetap memperhatikan adab-adab pergaulan lawan jenis. Jangan
sampai salam dengan lawan jenis justru dijadikan sebagai pengantar mendekati
perbuatan zina. Misalkan salam anak-anak muda kepada lawan jenis dengan ragam
salam yang tidak tepat. Ada salam sayang, salam mesra, salam rindu dan mungkin
ada salamsalam lain yang lebih berbahaya. Padahal salam seperti itu ditujukan
kepada lawan jenis yang bukan mahrom bukan pula isteri/suaminya. Salam seperti
inilah yang tidak lagi bernilai syar'i.
10. Salam kepada Orang Non Muslim (Orang
Kafir)
Rasulullah melarang umat Islam memberi salam kepada
orang-orang kafir, sebab memberi salam kepada mereka berarti mendoakan
keselamatan dan kesejahteraan karena mereka adalah orang-orang yang mengingkari
kebernaran. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah :
“Jangan kalian mendahului Yahudi dan Nashrani dengan salam
dan jika kalian bertemu mereka di jalan maka arahkan mereka ke (tempat) yang
tersempit.” [Shahih, HR. Muslim]
Apabila orang Non Muslim memulai mengucapkan salam, maka
jawaban yang diperkenankan oleh syari'at adalah: "Wa ‘alaikum!"
(Semoga anda juga). Itu saja, tidak usah diperpanjang lagi.
Rasulullah menasihatkan:
"Jika orang-orang Ahli Kitab (Non Muslim) memberi salam
kepada kamu, maka jawablah: "Wa ‘alaikum" [HR. Bukhary dan Muslim].
Tetapi apabila forumnya telah berbaur antara orang Muslim
dengan Non Muslim, maka diperkenankan kita untuk memulai mengucapkan salam. Demikianlah
yang dilakukan Rasulullah ketika melewati suatu majelis yang berbaur antara
orang Muslim, musrikin penyembah berhala dan Yahudi. Beliau mengucapkan salam
kepada mereka" [HR. Bukhary dan Muslim].
11. Salam kepada Anak-anak
Salam tidak hanya hak bagi pemuda dan orang tua. Anak-anak
pun berhak untuk mendapatkan salam dan membalasnya. Bahkan, kebiasaan
menyebarkan salam kepada anak-anak, diharapkan dapat mewarnai akhlaq seseorang
ketika menginjak remaja dan dewasa. Anas Bin Malik RA memberi salam kepada
anak-anak ketika dia berjalan di muka mereka. Kemudian Anas berkata:
"Dahulu Rasulullah juga berbuat seperti ini” [HR. Bukhary dan Muslim].
Maka berilah salam kepada anak-anak sekaligus mengkondisikan
mereka dengan akhlaq-akhlaq Islami sejak dini.
12. Salam jika Masuk Rumah
Allah SWT memerintahkan kepada Kaum Muslimin untuk meminta
ijin dan mengucapkan salam apabila hendak memasuki rumah orang lain. Firman
Alloh :
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin
dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar
kamu (selalu) ingat". Demikian pula jika kita memasuki rumah kita sendiri,
baik dalam keadaan ada orangnya atau dalam keadaan kosong, disyari'atkan supaya
kita mengucapkan salam. Q.S. An-Nuur [24]:27.
Allah SWT berfirman:
”…Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah ini) hendaklah kamu memberi salam kepada
(penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang
ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah
menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya”. Q.S.An-Nuur
[24]:61.
Rasulullah pun juga mengajarkan kepada Anas Bin Malik :
"Wahai anak, jika kamu masuk ke dalam rumah keluargamu, hendaknya memberi
salam, supaya menjadi berkah untuk kamu dan
keluargamu" (HR. at Tirmidzi).
13. Salam Kepada Orang yang Sudah Meninggal
Termasuk mulianya syariat ini ialah diperintahkannya kaum
muslimin untuk memberi salam baik pada orang yang masih hidup juga kepada yang
sudah meninggal. Tentang do’a salam kepada Ahli Qubur, berkata Ibnul Qoyyim
rahimahullahu ta’ala : “Assalaamu’alaikum
Ahlad Diyaar minal mu’miniina wal muslimiin wa innaa insyaa Alloohu laakhiquuna
nas-alullooha lanaa walakumul ‘aaqiya” - Salam keselamatan atas penghuni
rumah-rumah (kuburan) dan kaum mu’minin dan muslimin, mudah-mudahan Allah
merahmati orang-orang yang terdahulu dari kita dan orang-orang yang belakangan,
dan kami Insya Allah akan menyusul kalian, kami memohon kepada Allah keselamatan
bagi kami dan bagi kalian”. [Disebutkan dalam Kitab Zadul Ma’ad karya Ibnul
Qoyyim]
14. Salam Kepada Orang yang Dikenal dan
Tidak Dikenal
Termasuk mulianya syariat ini ialah diperintahkannya kaum
muslimin untuk memberi salam baik pada orang yang dikenal maupun orang yang
belum dikenal (bila dipahami/diketahui orang tersebut adalah muslim).
Rosululloh bersabda :
“Sesungguhnya termasuk tanda-tanda hari kiamat apabila salam
hanya ditujukan kepada orang yang telah dikenal.” [Hadits Shohih, Riwayat Ahmad
dan Thobroni]
15. Meninggalkan Budaya Salam Jahiliyah,
seperti : “Selamat Pagi”, dll.
Sungguh sangat pelitnya orang-orang yang pada saat bertemu
dengan sesamanya hanya mengucapkan “Selamat Pagi” saja atau “Selamat Siang”
saja…? Mendo’akan orang lain dengan do’a yang terbatas (hanya di pagi hari saja
atau hanya di sore hari saja…). Juga dalam kalimat tersebut kata “Selamat”
sungguh tidak jelas alamatnya, artinya berharap kepada siapa ditujukan do’a
tersebut. Sedangkan ucapan “Assalamu’alaikum Warahmatulloh…., adalah do’a yang
ditujukan kepada Alloh – sang pemilik kehidupan, keselamatan dan kesejahteraan.
Di sisi lain Rasulullah bersabda yang artinya : “Barangsiapa
yang mengikuti suatu kaum – maka ia termasuk dalam golongan mereka”.
“Selamat Pagi”, “Selamat Siang”, dll adalah budaya
orang-orang jahiliyah (termasuk juga orang kafir), memberi sapaan dengan
mengucapan “Selamat Pagi” dan ucapanucapan sapaan buatan manusia yang lain
termasuk mengikuti orang-orang jahiliyah – dan itu berarti termasuk dalam
golongan mereka. Begitu juga dengan ucapan “Kulonuwun”, “Sampurasun”, dll.
Demikianlah Rasulullah telah mewariskan suatu kalimat yang
indah dan sempurna kepada ummatnya, yang hal itu tidak dimiliki oleh
orang-orang kafir, yahudi dan nasrani. Di sinilah tugas kita, menyebarluaskan
salam – hingga ia menjadi do’a yang dibumikan…!
Walloohu A’lam Bish-showwab….!
Hadits-2
Tentang Salam :
1)
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia
berkata: Rasulullah saw. bersabda: Seorang pengendara hendaknya mengucapkan salam
kepada pejalan kaki dan pejalan kaki mengucapkan salam kepada orang yang duduk
dan jamaah yang beranggota lebih sedikit mengucapkan salam kepada jamaah yang
beranggota lebih banyak (Hadits Sahih Riwayat Muslim No. 4019)
2)
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia
berkata: Rasulullah saw. bersabda: Ada lima kewajiban bagi seorang muslim
terhadap saudaranya yang muslim; menjawab salam, mendoakan orang yang bersin, memenuhi
undangan, menjenguk orang sakit dan mengiring jenazah. (Hadits Sahih Riwayat
Muslim No. 4022)
3)
Hadis riwayat Anas bin Malik ra.: Rasulullah
saw. bersabda: Apabila Ahli Kitab mengucapkan salam kepadamu, maka jawablah:
Wa`alaikum. (Hadits Sahih Riwayat Muslim No. 4024)
4)
Hadis riwayat Anas bin Malik ra.: Rasulullah
saw. pernah melewati anak-anak lalu beliau mengucapkan salam kepada mereka
(Hadits Sahih Riwayat Muslim No. 4031)
5)
Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata: Saudah
keluar setelah diwajibkan hijab atasnya untuk memenuhi suatu keperluannya. Dia
adalah seorang wanita yang bertubuh besar melebihi wanita-wanita yang lain sehingga
mudah dibedakan bagi orang mengenalnya. Kemudian Umar bin Khathab melihatnya
lalu berkata: Hai Saudah! Demi Allah, bagaimanapun kamu pasti kami kenali maka
perhatikanlah cara kamu keluar rumah! Ia melanjutkan: Lalu berbaliklah Saudah
untuk segera pulang sementara Rasulullah saw. berada di rumahku sedang
menyantap makan malam dengan tulang yang masih di tangannya. Ketika itulah
Saudah masuk dan mengadu: Ya Rasulullah! Aku baru saja keluar. Lalu Umar bin
Khathab menegurku begini dan begini. Ia melanjutkan (Aisyah): Kemudian
diwahyukan kepada Rasulullah saw. (ayat ke 59 surat Al-Ahzab) pada saat tulang
masih berada di tangan beliau yang belum beliau letakkan. Kemudian beliau bersabda:
Sesungguhnya telah diizinkan bagi kalian, kaum wanita, untuk keluar memenuhi
keperluan kalian. (Hadits Sahih Riwayat Muslim No. 4034)
6)
Hadis riwayat Uqbah bin Amir ra.: Bahwa
Rasulullah saw. bersabda: Hindarkanlah diri kalian masuk menemui wanita.
Seorang sahabat Ansar bertanya: Ya Rasulullah, bagaimana kalau ipar? Rasulullah
saw. bersabda: Ipar itu maut (lebih mengkhawatirkan).
7)
(Hadits Sahih Riwayat Muslim No. 4037)
8)
Hadis riwayat Shafiyah binti Huyaiy
ra., ia berkata: Suatu malam ketika Nabi saw. sedang beriktikaf, aku datang
mengunjungi beliau untuk mengajak bicara. Setelah itu aku pun bangkit berdiri
untuk pulang dan Rasulullah saw. ikut berdiri untuk mengantarkanku. Tempat
9)
tinggal Shafiyah adalah di rumah Usamah
bin Zaid. Tiba-tiba lewat dua orang Ansar. Tatkala mereka melihat Nabi saw.
mereka mempercepat jalan mereka lalu Nabi saw. berseru: Tunggulah! Dia adalah
Shafiyah binti Huyaiy. Mereka berdua segera menyahut: Maha suci Allah, ya
Rasulullah! Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya setan itu berada di dalam
aliran darah tubuh manusia dan aku khawatir akan menimbulkan prasangka buruk di
hati kalian atau mengatakan sesuatu. (Hadits Sahih Riwayat Muslim No. 4041)
10) Hadis
riwayat Abu Waqid Al-Laitsi ra.: Bahwa ketika Rasulullah saw. sedang duduk di
mesjid bersama para sahabat, tiba-tiba muncullah tiga orang. Yang dua orang
datang menghampiri Rasulullah saw. sedangkan yang satu lagi berlalu pergi. Ia
berkata: Kemudian keduanya berdiri di hadapan Rasulullah saw. lalu yang satu
melihat tempat kosong di antara lingkaran orang maka duduklah ia di sana.
Adapun yang seorang lagi duduk di belakang mereka. Sementara itu orang yang
ketiga, telah pergi. Setelah Rasulullah saw. selesai, beliau bersabda: Tidak
inginkah kalian aku beritahukan tentang ketiga orang tadi? Seorang di antara
mereka telah berlindung kepada Allah, maka Allah memberikan perlindungan kepadanya.
Sedangkan yang lain malu, maka Allah pun malu kepadanya. Adapun orang yang
ketiga ia telah berpaling, maka Allah pun berpaling darinya. (Hadits Sahih
Riwayat Muslim No. 4042)
11) Hadis
riwayat Abu Waqid Al-Laitsi ra.: Bahwa ketika Rasulullah saw. sedang duduk di
mesjid bersama para sahabat, tiba-tiba muncullah tiga orang. Yang dua orang
datang menghampiri Rasulullah saw. sedangkan yang satu lagi berlalu pergi. Ia
berkata: Kemudian keduanya berdiri di hadapan Rasulullah saw. lalu yang satu
melihat tempat kosong di antara lingkaran orang maka duduklah ia di sana.
Adapun yang seorang lagi duduk di belakang mereka. Sementara itu orang yang
ketiga, telah pergi. Setelah Rasulullah saw. selesai, beliau bersabda: Tidak
inginkah kalian aku beritahukan tentang ketiga orang tadi? Seorang di antara
mereka telah berlindung kepada Allah, maka Allah memberikan perlindungan kepadanya.
Sedangkan yang lain malu, maka Allah pun malu kepadanya. Adapun orang yang
ketiga ia telah berpaling, maka Allah pun berpaling darinya. (Hadits Sahih
Riwayat Muslim No. 4042)
12) Hadis
riwayat Ibnu Umar ra.: Dari Nabi saw. bahwa Beliau bersabda: Jangan sekali-kali
seorang di antara kalian membuat orang lain berdiri dari tempat duduknya
kemudian dia duduk di tempat itu. (Hadits Sahih Riwayat Muslim No. 4043)
13) Hadis
riwayat Ummu Salamah ra.: Bahwa seorang lelaki banci berada di rumah (rumah
Ummu Salamah) ketika Rasulullah saw. sedang di rumah. Orang itu berkata kepada
saudara Ummu Salamah: Hai Abdullah bin Abu Umayah! Jika Allah menolong kalian menaklukan
Thaif besok, maka akan kutunjukkan kepadamu anak perempuan Ghailan. Dia
menghadap dengan empat lipatan perut dan mundur dengan delapan lipatan perut
(sangat gemuk). Ketika Rasulullah saw. Mendengar ucapan itu, beliau bersabda:
Janganlah mereka itu masuk ke tempat kalian. (Hadits Sahih Riwayat Muslim No.
4048)
14) Hadis
riwayat Asma binti Abu Bakar ra., ia berkata: Zubair mengawiniku sedangkan ia
tidak memiliki harta atau hamba sahaya atau apapun kecuali kudanya. Akulah yang
memberi makan kudanya, mencukupi bahan makanannya, mengurusnya, menumbukkan
biji bagi hewan penyiramnya, memberinya makan, memberi minum, menjahitkan
timbanya dan membuatkan adonan rotinya. Tetapi, aku tidak pandai membuat roti karena
itu wanita Ansar tetanggakulah yang membuatkan roti untukku. Mereka adalah para
wanita yang jujur. Ia berkata: Aku biasa memindahkan biji kurma dari tanah
Zubair yang diberikan Rasulullah saw. Dengan memanggulnya di atas kepalaku yang
berjarak kira-kira duapertiga farsakh (1 farsakh = 3 mil). Ia berkata lagi:
Suatu hari aku datang membawa biji kurma di atas kepalaku lalu bertemu dengan
Rasulullah saw. beserta beberapa orang sahabat. Beliau memanggilku, kemudian
mengucap: Ikh, ikh (ucapan untuk menderumkan untanya). Beliau bermaksud
memboncengku di belakangnya. Asma berkata: Aku merasa malu dan aku tahu
kecemburuanmu. Zubair berkata: Demi Allah! Engkau memanggul biji kurma di atas
kepala adalah lebih berat daripada engkau menunggang bersama beliau. Ia
berkata: Sampai Abu Bakar ra. mengirimkan seorang pembantu yang mengambil alih pengurusan
kuda, seakan-akan ia telah membebaskanku. (Hadits Sahih Riwayat Muslim No.
4050)
Hadis riwayat Ibnu Umar
ra.: Rasulullah saw. bersabda: Apabila terdapat tiga orang, maka janganlah dua orang
(di antara mereka) berbisik-bisik tanpa menyertakan yang lain(Hadits Sahih
Riwayat Muslim No. 4052)
0 komentar:
Posting Komentar